Selasa, 16 Agustus 2011

Spirit Anak Kampung


Oleh : Abah Rahman

AKU ini orang kampung. Masa kecilku saja dihabiskan diantara daun-daun nipah. Sudah itu mengembalakan itik, mengurus ternak ayam, menjemur padi dan berburu kera karena memakan buah-buah kelapa. Namanya tinggal di dusun, mana ada penduduk yang tinggal di gedung pencakar langit. Yang ada, dinding-dinding rumah dari tepas, atapnya dari daun rumbia. Anak-anak yang putus sekolah setiap saat tampak main alip cendong.

Nun, di desa Sungai Dua Hulu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Asahan disanalah aku dibesarkan. Kini desa itu masih ada. Bahkan, keadaannya masih seperti yang dulu. Tiap tahun jadi langganan banjir. Untuk menuju kesana pun harus butuh perjuangan keras, naik sampan dan berjalan kaki.

Hidup keluargaku amatlah miskinnya. Ayahku yang kini sudah almarhum itu hanya petani di lahan yang jadi langganan banjir. Emakku ibu rumah tangga biasa. Kami benar-benar miskin. Saat itu, ingin rasanya aku berbuat untuk merubah keadaan. Melepaskan diri dari belenggu kemiskinan yang amat tidak mengenakkan itu. Tapi apa daya, aku masih buta, tak tahu harus mulai dari mana.

Aku mengetahui dunia luar dari radio transistor dua band milik Uwakku. Dari situlah aku mulai mengetahui bahwa di luar sana ada seribu kesempatan menanti.

Aku pun mulai pandai berangan-angan. Menggapai-gapai sesuatu yang belum pasti. Bahkan ayahku sempat ketawa terbahak-bahak mendengar rencanaku ingin kuliah.

"Sudahlah itu, tak ponting barangan-angan, tinggi pun sakolah kau tak ado gunonyo. Kau tengok si apo tu ha, ada gelar SH ke ladang jugo nyo. Ke ladang sajalah kau," katanya padaku.

Ya, aku masih ingat, semuanya itu dikatakannya ketika kami baru pulang mengambil daun nipah.

Aku paham, kenapa dia mengatakan demikian. Ia sudah sering melihat anak-anak sekampung kami yang sekolah tinggi tapi akhirnya pulang kandang juga. Gelar sarjana yang tadinya diharapkan bisa mendongkraknya jadi bos, akhirnya cuma bekerja di ladang. Padahal, untuk mendorong si buah hati menjadi tukang insinyur, misalnya, ada orang tua yang menjual tanah. Kenapa demikian ? Mereka pulang kampung ternyata tak tahan hidup menderita di perantauan.

Baiklah kalau begitu. Aku bertekad, apa pun ceritanya aku harus sekolah, walau bagaimana pun caranya. Akhirnya kuputuskan bersepeda 30 KM sehari pulang pergi. Dari Pasar Banjar ke Tanjung Balai. Dan itu kulakukan sampai SMP. Kemudian, semasa duduk di bangku SMA aku jadi penyapu sampah jalan. Tahun 1996 sampai Tahun 1999, Pajak Bengawan dekat Titi Silau, Pajak TBO (monza) dan Pasar Ikan dekat Stasiun Kereta Api Tanjung Balai akulah setiap hari yang mengangkat sampahnya serta mongkorek saluran airnya. Itu kulakukan dari jam 4 sore sampai jam sepuluh malam. Dalam sebulan oleh Dinas Pasar Kodya Tanjung Balai, aku digaji Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah. Waktu itu kepala Dinasnya Nurdin Dalimunte, sementara Seksi Kebersihan Pajak Syahrul Effendi, yang selalu bervesva kemana-mana. Dari situlah aku membiayai sekolah, kursus komputer dan bekalku kuliah di Medan.

Maaf, tulisan ini dibuat bukan bermaksud untuk membusung dada. Tapi buat bekal bagi adik-adikku dan siapapun yang masih terjebak dengan lingkaran setan tersebut. Apalagi bagi mereka yang berasal dari keluarga miskin. Pesanku, jangan takut untuk bermimpi. Bercita-citalah setinggi langit, jangan gengsi bekerja apa saja (asalkan halal) untuk menggapainya. Biarkan orang lain mencemooh, asalkan yang kita lakukan itu untuk merubah hidup. Sekolahlah setingginya. Karena dengan ilmu kita bisa menggapai apa saja. Wassalam. (*)

4 komentar:

  1. ABAH RAHMAN..CERITA MU INI SEPERTI CERITA YANG AKU ALAMI AKU DIAN PANJAIATAN TOLIK NIBUNG GG KECUBUNG HP 058371604603

    BalasHapus
  2. ABAH RAHMAN..CERITA MU INI SEPERTI CERITA YANG AKU ALAMI AKU DIAN PANJAIATAN TOLIK NIBUNG GG KECUBUNG HP 058371604603

    BalasHapus
  3. ABAH RAHMAN..CERITA MU INI SEPERTI CERITA YANG AKU ALAMI AKU DIAN PANJAIATAN TOLIK NIBUNG GG KECUBUNG HP 058371604603

    BalasHapus
  4. Kita memang harus berani bermimpi ,harus berani berkhayal yg tinggi,,walu pun kita org susah,,insya allah dekat tekad yg kuat kita pasti lepas dari belengu keterpurukan

    BalasHapus

detiknews

KapanLagi.com: Entertainment

Tribunnews - RSS

Republika Online RSS Feed

ANTARA News - Berita Terkini

Waspada Online

Star Berita | Situs Informasi Tercepat Akurat