Jumat, 25 April 2014

Suasano Kaluarga Kok Malam Di Tg. Bale


Jadi taringat aku jang maso uwak samo ayah masih hidup. Kami dulu tinggal di Sunge Duo, pas macam baginilah suasanonyo. Pas lopas magorip kami bakumpul mandongar Sandiwara Radio di STBR. Nini Pelettt, hehehehehe....

"Yg asix la bakombur tu jank....
Sudah la wooiii, dh tongah malam ini.
Tk tw org ondak tidur apo?
Karang Qhu sumbat muncung qamu tu da."

Bagitu tulis Mayang Sary di Wall Grup Kombur Tanjung Balai

Photo kiriman Mayang Sary : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=295058430657779&set=gm.635918079811511&type=1&theater

Minggu, 20 April 2014

SULAIMAN SAMBAS : "Aku Tak Bisa Melupakan Engkau, Jarum Patah Kau Jadikan Peniti"

Sulaiman Sambas, Sastrawan dari Kota Kerang, Tanjung Balai. Kini, ia menjalani hidupnya dengan bersahaja sembari mereguk manisnya madu seni sastra. Tinggal di rumah yang sederhana di kawasan Tembung, tak membuatnya mengeluh. Ia pun terus berkarya.

“Karya sastra, bagi saya, sebuah seni yang membuat seseorang lebih leluasa menyampaikan aspirasi,” ujarnya di awal bincang sore, akhir Agustus 2013 lalu.

Sastrawan kelahiran 27 Juni 1945 ini kemudian berkisah tentang masa mudanya dahulu, yang kesemuanya bergelayut di ranah sastra. Ya, sosok inilah pendiri Kelompok Sastrawan Kembang Karang Tanjungbalai pada 16 Juli 1967.

Ia juga menambahkan, lewat karya sastra bisa dilakukan pembentukan maupun pembenahan karakter anak bangsa. Karena sastra itu sendiri lahir dari kehidupan manusia. Seseorang akan lebih terangsang membaca, ketika untaian kalimat itu indah dan sarat.

Dunia sastra baginya, adalah upaya menyajikan sesuatu atau hal yang biasa menjadi luar biasa. Apalagi bisa menjadi pencerahan bagi pembacanya. Untuk itu, bagi pelaku dunia sastra, selain talenta, hal yang harus dilakukan adalah dengan banyak banyak membaca karya orang lain. Hal itu akan menambah khasanah dan mutu tulisan kita ketika dinikmati pembaca.

Disinggung mengenai model karya sastra zaman dahulu dan sekarang, menurut pendapatnya terlihat perbedaan jelas. Kalau karya dahulu, sifatnya konvensional. Alurnya banyak lurus, mengungkapkan atau bercerita sedetail mungkin. Sedangkan karya sastra masa kini, dominan bersifat kontemporer. Banyak karya sastra yang tak tunduk pada alur, sehingga terkesan absrud.

“Mungkin karena penulisnya tidak sempat merenung, sehingga lahir karya karya absurd,” ujarnya sambil tersenyum. Tapi walaupun demikian, mengenai penilaian karya sastra itu bersifat relatif. Tergantung penulisnya, cara menuangkan gagasannya kemudian pembacanya. Baik menurut si A belum tentu dengan si B.

Secara pribadi, selama bergelut di dunia sastra, Sulaiman Sambas menemukan ketenangan batin dan kepuasan tiada tara. Apalagi jika pembaca begitu terhanyut akan tulisannya. Bahkan, Damiri Mahmud, juga seorang Sastrawan Sumut terpesona akan salah satu kalimat dalam sajak Sulaiman Sambas. “Aku Tak Bisa Melupakan Engkau, Jarum Patah Kau Jadikan Peniti”. Begitu petikannya.

Begitulah Sulaiman Sambas punya cerita. Lantas bagaimana dengan Anda ? (Abdurrahman)

Sabtu, 17 September 2011

Carito Lamo Tanjungbalai


Sejarah Kerajaan Asahan dimulai dengan penobatan raja pertama kerajaan tersebut yang berlangsung meriah disekitar kampung Tanjung. Peristiwa penabalan raja pertama kerajaan Asahan tersebut terjadi tepatnya pada tanggal 27 Desember 1620, dan tanggal 27 Desember kemudian ditetapkan sebagai “Hari Jadi Kota Tanjungbalai” den-gan surat keputusan DPRD Kota Tanjungbalai Nomor : 4/DPRD/TB/1986 Tanggal 25 November 1986.

Mengenai asal usul nama kota “Tanjungbalai” menurut cerita rakyat yang ada di Tanjungbalai bermula dari sebuah kampung yang ada disekitar ujung tanjung di muara Sungai Silau dan aliran Sungai Asahan.

Lama kelamaan balai yang dibangun semakin ramai disinggahi karena tempatnya yang strategis sebagai bandar kecil tempat melintas ataupun orang – orang yang ingin bepergian ke hulu Sungai Silau. Tampat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung” dan orang lazim menyebutnya balai “Di Tanjung”.

Ditemukannya Kampung Tanjung kemudian menjadikan daerah itu menjadi semakin ramai dan berkembang menjadi sebuah negeri. Penabalan Sultan Addul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung kemudian memulai sejarah pemerintahan Kerajaan Asahan pada tahun 1620.

Dalam catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh delapan orang raja yang sejak raja pertama Sultan Abdul Jalil pada tahun 1620 sampai dengan Sultan Syaibun Abdul Jalil Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal 17 April 1980 di Medan dan di makamkan di kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai.

Pertumbuhan dan perkembangan Kota Tanjungbalai sejak didirikan sebagai Gementee berdasarkan Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl.1917 No. 284, sebagai akibat dibukanya perkebunan-perkebunan di derah Sumatera Timur termasuk daerah Asahan seperti H.A.P.M., SIPEF, London Sumatera (Lonsum) dan lain-lain, maka Kota Tanjungbalai sebagai kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan menjadi penting artinya bagi perkembangan perekonomian Belanda.

Dengan telah berfungsinya jembatan Kisaran dan dibangunnya jalan kereta api Medan – Tanjungbalai, maka hasil-hasil dari perkebunan dapat lebih lancar disalurkan atau di ekspor melalui kota pelabuhan Tanjungbalai.

Untuk memperlancar kegiatan perkebunan, maskapai-maskapai Belanda membuka kantor dagangnya di kota Tanjungbalai antara lain: kantor K.P.M., Borsumeij dan lain-lain, maka pada abad XX mulailah penduduk bangsa Eropa tinggal menetap di kota Tanjungbalai. Assisten Resident van Asahan berkedudukan di Tanjungbalai dan karena jabatannya bertindak sebagai Walikota dan Ketua Dewan (Voorzitter van den Gemeen-teraad).

Sebagai kota pelabuhan dan tempat kedudukan Assisten Resident, Tanjungbalai juga merupakan tempat kedudukan Sultan Kerajaan Asahan.

Pada waktu Gementee Tanjungbalai didirikan atas Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 No. 284, luas wilayah Gementee Tanjungbalai adalah 106 Ha. Atas persetujuan Bupati Asahan melalui maklumat tanggal 11 Januari 1958 No. 260 daerah-daerah yang dikeluarkan (menurut Stbl. 1917 No. 641) dikembalikan pada batas semula, sehingga menjadi seluas 200 Ha.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 9 tahun 1956, Lembaran Negara 1956 No. 60 nama Hamintee Tanjungbalai diganti dengan Kota Kecil Tanjung-balai dan Jabatan Walikota terpisah dari Bupati Asahan berdasarkan surat Menteri Dalam Negeri tanggal 18 September 1956 No. U.P. 15 / 2/ 3. Selanjutnya dengan UU No. 1 Tahun 1957 nama Kota Kecil Tanjungbalai diganti menjadi Kotapraja Tanjungbalai.(***)

Jumat, 26 Agustus 2011

Selamat Hari Raya Idul Fitri dari Eric Panjaitan Wa'ale


Mohon di instal flashget di hatimu
agar bisa mendownload permintaan maafku
yang terhosting di hatiku paling dalam
berisi file mohon_maaf_lahir_batin.zip
di folder Selamat_hari_raya_idul_fitri

manusia adalah makhluk yg bodoh…
berulang kali mlakukan salah, berulang kali meminta maaf dan berulang kali pula manusia kembali berbuat salah…
entah apa yg dipikirkan qta manusia…
tapi untuk itu aq meminta maaf sebesar2nya, smoga stiap langkah yg qta buat membawa qta lebih dekat ke kedewasaan…met lebaran smua…
mohon maaf lahir dan batin…

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1432 H


Kedatanganmu membahagikan kami
Kepergianmu menyedihkan kami
Denganmu Allah swt mengampuni dosa-dosa, memaafkan segala kesalahan
Mengalirkan keberkahan, membuka semua pintu surga dan menutup semua pintu neraka.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 H. Mohon maaf lahir & batin


Dari Ira Sitorus

detiknews

KapanLagi.com: Entertainment

Tribunnews - RSS

Republika Online RSS Feed

ANTARA News - Berita Terkini

Waspada Online

Star Berita | Situs Informasi Tercepat Akurat